Lagi-lagi soal gaji dan kaitannya dengan kapasitas kita sebagai karyawan. ya....sepertinya sekarang ini di benak dan pikiran saya memang hanya itu yang terbersit. Maklum pure karyawan dari awal berkarir sehingga gaji merupakan satu topik yang membuat kita semangat dan terperangah meski beberapa dari kita ada pula yang menjerit karena gaji yang kurang sesuai. Ok....back to topic bahwa kita sepakat gaji merupakan satu dari sekian banyak aspek yang memberi dan menyokong semangat kerja. Banyak tuh teori manajemen yang membahas demikian dan kita obyektif bahwa tuntutan nominal gaji merupakan hasil dari sebuah hubungan sebab akibat, memberi dan menerima, itulah dasar dari kompensasi. Namun demikian gaji atau salary bagi semua orang merupakan tonggak ataupun penopang operasional terhadap berbagai aspek kebutuhan dan keinginan dalam hidup. Karena memang hanya dengan mengandalkan gaji inilah kita bisa menjalani rotasi konsumerisme dan perlu diingat bahwa tidak sepantasnya bila kita mengalokasikan semua pendapatan kita untuk konsumerisme dan ada kalanya saving the money perlu untuk prioritas tertentu. Berangkat dari fitur inilah perlu adanya manajemen diri sendiri yang maksimal agar gaji bisa optimal dan bisa memicu pengaruh positif dalam jangka waktu beberapa periode ke depan. Realitanya mungkin hanya sedikit dari kita yang berprofesi karyawan dan bisa menjadi kaya dengan hanya membukukan pendapatan sebulan sekali. terlepas dari berapapun nominal yang diterima namun perihal kekayaan ini, kita sepaham bahwa semua harta atau aset yang kita miliki menjadi tolok ukurnya. Akan tetapi apakah bisa seorang karyawan dengan pendapatan konsisten bisa menjadi kaya raya layaknya pengusaha sukses? Ini yang perlu digaris bawahi dan tentunya dengan beberapa metode yang tepat dan mudah untuk diterapkan dimungkinkan bisa untuk mencapai hal itu dan berikut liputannya .
Kiat Menyisihkan Penghasilan
1. Menabunglah dimuka, jangan dibelakang.
“Loh, nanti penghasilan saya habis dong?” begitu mungkin kata Anda. Ya biar saja, toh Anda sudah sisihkan dulu sebelum penghasilan itu dipakai, kan? “Lho, nanti uang untuk biaya hidup saya dan keluarga berkurang dong?” Hallah, kalaupun penghasilan Anda naik, toh penghasilan itu akan habis juga, kan? Jadi, sebelum habis, kenapa Anda tidak selamatkan dulu sebagian, daripada nabungnya di belakang terus habis? Ya nggak
2. Minta tolong kantor yang memotongnya untuk Anda.
Pada beberapa kasus, Anda mungkin bisa minta tolong kantor Anda untuk memotong penghasilan Anda dan melakukan proses menabungnya buat Anda.
3. Pakai celengan.
Eit, jangan kaget, yang namanya celengan itu tidak selalu buat anak kecil, tapi juga untuk orang dewasa. Bedanya adalah apa yang Anda celeng. Kalau anak kecil nyeleng koin, entah seratus, lima ratus, atau seribu, Anda bisa nyeleng─katakan─lembaran dua puluh ribu rupiah. Lho, bagaimana caranya? Gampang: setiap kali Anda mendapatkan lembaran uang dua puluh ribu rupiah, tetapkan tekad: JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN UANG ITU UNTUK BELANJA. Langsung saja masukkan ke celengan.
A. Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif
Bagaimana Melakukannya?
1. Tentukan Harta Produktif yang ingin Anda miliki.
2. Tulis pos-pos Harta Produktif yang Anda inginkan tersebut di kolom Harta Produktif. Contohnya seperti pada tabel di halaman berikut.
3. Segera setelah mendapatkan gaji, prioritaskan untuk memiliki pos-pos Harta Produktif sebelum Anda membayar pengeluaran Anda yang lain. Kalau perlu, pelajari seluk-beluk masing-masing Harta Produktif tersebut.
HARTA PRODUKTIF HARTA KONSUMTIF
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
Reksadana Pendapatan Tetap (dari
Trimegah)
Rencana Harta Produktif Lain:
Deposito di Bank Danamon
Unit Link dari Prudential
Emas Koin
Reksadana Saham Shcroeder
Motor (disewakan ke tukang ojek
dekat rumah)
Bisnis Laundry (perantara saja)
Bisnis Burger Edam (Franchise) Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Setumpuk buku
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
Tabungan di BCA (untuk belanja)
B. Atur Pengeluaran Anda
Tiga hal yang harus Anda perhatikan dalam mengatur pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran.
C. Hati-hati dengan Utang
Tahukah Anda perbedaan ngutang dan nabung?
Menabung berarti bersusah-susah dulu, bersantai-santai kemudian. Artinya, Anda bekerja keras di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau ngutang, berarti Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya di belakang. Sekali lagi, nabung berarti Anda bekerja keras dulu, baru mendapatkan nikmatnya di belakang, sedangkan ngutang berarti Anda menikmati nikmatnya di depan, setelah itu melakukan kerja keras.
Kebanyakan orang Indonesia lebih senang ngutang daripada nabung.
Kapan BOLEH Berutang
1. Ketika utang itu akan digunakan untuk sesuatu yang produktif.
Misalnya, untuk bisnis. Bisnis jelas produktif, biarpun hasilnya kadang tidak selalu bisa langsung dinikmati. Harapannya sih , hasil bisnis bisa lebih besar dibandingkan dengan bunga dan cicilan yang Anda bayar.
2. Ketika utang itu akan dibelikan barang yang nilainya hampir pasti akan naik.
Contohnya, rumah. Rumah adalah tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya. Nilai bangunan biasanya akan menurun dalam jangka waktu 10─15 tahun. Sebaliknya, nilai tanah justru akan naik dari tahun ke tahun. Bahkan, kenaikan harga tanah ini sering kali jauh lebih besar daripada penurunan nilai bangunan. Di sini, Anda boleh berutang karena hampir bisa dipastikan persentase kenaikan nilai rumah Anda lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
3. Ketika Anda tidak punya cukup uang tunai untuk membeli barang-barang yang benar-benar Anda butuhkan, walaupun nilai barang itu menurun.
Misalnya, barang elektronik. Kulkas deh. Kulkas nilainya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Akan tetapi, barang ini penting dan pembeliannya sering kali tidak bisa ditunda. Bahasa kerennya: urgent. Nah, kalau tidak punya uang tunai yang cukup untuk membelinya, Anda bisa memanfaatkan fasilitas utang yang ada di sekitar Anda.
Kapan Sebaiknya TIDAK Berutang
Ketika barang yang Anda beli nilainya menurun dan Anda punya uang untuk membelinya secara tunai.
Kembali ke contoh kulkas yang urgent itu. Kalau Anda memiliki uang tunai, lebih baik beli cash. Kenapa? Membeli secara kredit akan lebih mahal dibanding kalau Anda membeli secara tunai. Bagaimana dengan rumah? Apa harus tunai juga? Memang, membeli rumah secara tunai akan lebih murah. Akan tetapi, khusus untuk rumah, tidak apa-apa kalau Anda membelinya secara kredit. Berbeda dengan kendaraan atau barang elektronik yang nilainya menurun, nilai rumah biasanya naik sehingga kalaupun Anda membayar lebih mahal dalam bentuk pembelian secara kredit, toh persentase kenaikan nilai rumah Anda biasanya lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
Berikut sejumlah tip bila Anda ingin membeli sesuatu dengan cara berutang.
1. Pilih dengan siapa Anda berutang.
2. Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
3. Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda.
Kalau sudah punya hutang
1. Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan.
2. Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
3. Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang.
D. Sisihkan untuk Pos-pos Pengeluaran di Masa Yang Akan Datang
Ada empat alasan mengapa orang tidak mempersiapkan dana sejak sekarang untuk
membayar pos-pos pengeluaran yang penting di masa depan.
1. Merasa belum urgent, toh masih lama.
2. Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang sudah punya cukup dana.
3. Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang penghasilan saya sudah cukup besar.
4. Pasrah. Biarkan saja hidup ini mengalir seperti air, toh nanti uangnya pasti akan datang sendiri.
Pos-pos Pengeluaran di Masa Depan yang Umumnya Harus Dipersiapkan Sejak Sekarang
1. Pendidikan Anak
2. Pensiun
3. Properti
4. Bisnis
5. Liburan dan Perjalanan Ibadah
E. Miliki Proteksi
Risiko-risiko yang mungkin bisa terjadi pada kehidupan Anda antara lain adalah:
1. Kematian
2. Kecelakaan
3. Sakit
4. Musibah pada rumah
5. Musibah pada kendaraan
6. Pemutusan Hubungan Kerja
Apa yang bisa Anda Lakukan untuk memproteksi risiko-risiko tersebut? Jawabnya ada tiga, yaitu:
1. Miliki asuransi.
2. Miliki dana cadangan.
3. Miliki sumber penghasilan di luar gaji yang kalau bisa didapat secara terusmenerus.
“MILIKI PROTEKSI” Bagaimana melakukannya?
1. Miliki asuransi, entah asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau asuransi kerugian. Syukur kalau dari beberapa dari jenis jasa asuransi itu sudah dibayari oleh kantor. Kalau tidak, beli saja dengan biaya sendiri.
2. Miliki dana cadangan sebagai proteksi jangka pendek kalau Anda kehilangan penghasilan dan tidak mendapatkan uang pesangon, atau kalau uang pesangonn Anda sangat kecil.
3. Miliki Sumber Penghasilan Lain di Luar Gaji yang kalau bisa didapat secara terus-menerus, sebagai proteksi jangka panjang dari gaji Anda yang sewaktu-waktu bisa saja terancam berhenti
1. Menabunglah dimuka, jangan dibelakang.
“Loh, nanti penghasilan saya habis dong?” begitu mungkin kata Anda. Ya biar saja, toh Anda sudah sisihkan dulu sebelum penghasilan itu dipakai, kan? “Lho, nanti uang untuk biaya hidup saya dan keluarga berkurang dong?” Hallah, kalaupun penghasilan Anda naik, toh penghasilan itu akan habis juga, kan? Jadi, sebelum habis, kenapa Anda tidak selamatkan dulu sebagian, daripada nabungnya di belakang terus habis? Ya nggak
2. Minta tolong kantor yang memotongnya untuk Anda.
Pada beberapa kasus, Anda mungkin bisa minta tolong kantor Anda untuk memotong penghasilan Anda dan melakukan proses menabungnya buat Anda.
3. Pakai celengan.
Eit, jangan kaget, yang namanya celengan itu tidak selalu buat anak kecil, tapi juga untuk orang dewasa. Bedanya adalah apa yang Anda celeng. Kalau anak kecil nyeleng koin, entah seratus, lima ratus, atau seribu, Anda bisa nyeleng─katakan─lembaran dua puluh ribu rupiah. Lho, bagaimana caranya? Gampang: setiap kali Anda mendapatkan lembaran uang dua puluh ribu rupiah, tetapkan tekad: JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN UANG ITU UNTUK BELANJA. Langsung saja masukkan ke celengan.
A. Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif
Bagaimana Melakukannya?
1. Tentukan Harta Produktif yang ingin Anda miliki.
2. Tulis pos-pos Harta Produktif yang Anda inginkan tersebut di kolom Harta Produktif. Contohnya seperti pada tabel di halaman berikut.
3. Segera setelah mendapatkan gaji, prioritaskan untuk memiliki pos-pos Harta Produktif sebelum Anda membayar pengeluaran Anda yang lain. Kalau perlu, pelajari seluk-beluk masing-masing Harta Produktif tersebut.
HARTA PRODUKTIF HARTA KONSUMTIF
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
Reksadana Pendapatan Tetap (dari
Trimegah)
Rencana Harta Produktif Lain:
Deposito di Bank Danamon
Unit Link dari Prudential
Emas Koin
Reksadana Saham Shcroeder
Motor (disewakan ke tukang ojek
dekat rumah)
Bisnis Laundry (perantara saja)
Bisnis Burger Edam (Franchise) Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Setumpuk buku
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
Tabungan di BCA (untuk belanja)
B. Atur Pengeluaran Anda
Tiga hal yang harus Anda perhatikan dalam mengatur pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran.
C. Hati-hati dengan Utang
Tahukah Anda perbedaan ngutang dan nabung?
Menabung berarti bersusah-susah dulu, bersantai-santai kemudian. Artinya, Anda bekerja keras di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau ngutang, berarti Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya di belakang. Sekali lagi, nabung berarti Anda bekerja keras dulu, baru mendapatkan nikmatnya di belakang, sedangkan ngutang berarti Anda menikmati nikmatnya di depan, setelah itu melakukan kerja keras.
Kebanyakan orang Indonesia lebih senang ngutang daripada nabung.
Kapan BOLEH Berutang
1. Ketika utang itu akan digunakan untuk sesuatu yang produktif.
Misalnya, untuk bisnis. Bisnis jelas produktif, biarpun hasilnya kadang tidak selalu bisa langsung dinikmati. Harapannya sih , hasil bisnis bisa lebih besar dibandingkan dengan bunga dan cicilan yang Anda bayar.
2. Ketika utang itu akan dibelikan barang yang nilainya hampir pasti akan naik.
Contohnya, rumah. Rumah adalah tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya. Nilai bangunan biasanya akan menurun dalam jangka waktu 10─15 tahun. Sebaliknya, nilai tanah justru akan naik dari tahun ke tahun. Bahkan, kenaikan harga tanah ini sering kali jauh lebih besar daripada penurunan nilai bangunan. Di sini, Anda boleh berutang karena hampir bisa dipastikan persentase kenaikan nilai rumah Anda lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
3. Ketika Anda tidak punya cukup uang tunai untuk membeli barang-barang yang benar-benar Anda butuhkan, walaupun nilai barang itu menurun.
Misalnya, barang elektronik. Kulkas deh. Kulkas nilainya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Akan tetapi, barang ini penting dan pembeliannya sering kali tidak bisa ditunda. Bahasa kerennya: urgent. Nah, kalau tidak punya uang tunai yang cukup untuk membelinya, Anda bisa memanfaatkan fasilitas utang yang ada di sekitar Anda.
Kapan Sebaiknya TIDAK Berutang
Ketika barang yang Anda beli nilainya menurun dan Anda punya uang untuk membelinya secara tunai.
Kembali ke contoh kulkas yang urgent itu. Kalau Anda memiliki uang tunai, lebih baik beli cash. Kenapa? Membeli secara kredit akan lebih mahal dibanding kalau Anda membeli secara tunai. Bagaimana dengan rumah? Apa harus tunai juga? Memang, membeli rumah secara tunai akan lebih murah. Akan tetapi, khusus untuk rumah, tidak apa-apa kalau Anda membelinya secara kredit. Berbeda dengan kendaraan atau barang elektronik yang nilainya menurun, nilai rumah biasanya naik sehingga kalaupun Anda membayar lebih mahal dalam bentuk pembelian secara kredit, toh persentase kenaikan nilai rumah Anda biasanya lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
Berikut sejumlah tip bila Anda ingin membeli sesuatu dengan cara berutang.
1. Pilih dengan siapa Anda berutang.
2. Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
3. Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda.
Kalau sudah punya hutang
1. Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan.
2. Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
3. Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang.
D. Sisihkan untuk Pos-pos Pengeluaran di Masa Yang Akan Datang
Ada empat alasan mengapa orang tidak mempersiapkan dana sejak sekarang untuk
membayar pos-pos pengeluaran yang penting di masa depan.
1. Merasa belum urgent, toh masih lama.
2. Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang sudah punya cukup dana.
3. Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang penghasilan saya sudah cukup besar.
4. Pasrah. Biarkan saja hidup ini mengalir seperti air, toh nanti uangnya pasti akan datang sendiri.
Pos-pos Pengeluaran di Masa Depan yang Umumnya Harus Dipersiapkan Sejak Sekarang
1. Pendidikan Anak
2. Pensiun
3. Properti
4. Bisnis
5. Liburan dan Perjalanan Ibadah
E. Miliki Proteksi
Risiko-risiko yang mungkin bisa terjadi pada kehidupan Anda antara lain adalah:
1. Kematian
2. Kecelakaan
3. Sakit
4. Musibah pada rumah
5. Musibah pada kendaraan
6. Pemutusan Hubungan Kerja
Apa yang bisa Anda Lakukan untuk memproteksi risiko-risiko tersebut? Jawabnya ada tiga, yaitu:
1. Miliki asuransi.
2. Miliki dana cadangan.
3. Miliki sumber penghasilan di luar gaji yang kalau bisa didapat secara terusmenerus.
“MILIKI PROTEKSI” Bagaimana melakukannya?
1. Miliki asuransi, entah asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau asuransi kerugian. Syukur kalau dari beberapa dari jenis jasa asuransi itu sudah dibayari oleh kantor. Kalau tidak, beli saja dengan biaya sendiri.
2. Miliki dana cadangan sebagai proteksi jangka pendek kalau Anda kehilangan penghasilan dan tidak mendapatkan uang pesangon, atau kalau uang pesangonn Anda sangat kecil.
3. Miliki Sumber Penghasilan Lain di Luar Gaji yang kalau bisa didapat secara terus-menerus, sebagai proteksi jangka panjang dari gaji Anda yang sewaktu-waktu bisa saja terancam berhenti
keren dech
BalasHapusSiiip mas...
BalasHapustrimakasih atas informasinya mas
BalasHapusinformasi yang sangat bagus
BalasHapustrimaksih banyak atas informasinya semoga bermanfaat bagi kita semua
BalasHapusbaugs sob artikelnya, lanjut terus
BalasHapustrimaksih atas informasinya semoga bermanfaat bai kita semua
BalasHapusthank's gan atas informasinya
BalasHapus