Bekerja di kantor sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan saat ini. Sehingga banyak kaum eksekutif yang menghabiskan kehidupan untuk bekerja sehingga melupakan keluarga dan aktivitas lainnya. Sedangkan sebagian kaum eksekutif lainnya cenderung terlalu santai dalam bekerja sehingga tidak mencapai apa yang telah ditargetkannya.
Apabila kalian bisa menjaga keseimbangan antara kegiatan di kantor dan rumah maka anda tidak akan mengalami kesulitan. Karena biasanya kaum eksekutif yang terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, akan selalu memiliki masalah dalam kehidupan diluar pekerjaan.
Tetapi terkadang ada juga permasalah rumah tangga bisa membuat kita menjadi kehilangan semangat bekerja. Sehingga kita merasa sulit berkonsentrasi karena pikiran terbebani dengan berbagai permasalahan. Agar hal ini tidak terjadi maka kalian harus bisa mengimbangi dan memilah antara persoalan rumah tangga dengan urusan pekerjaan. Hal ini tidak sulit dilakukan apabila kalian bisa mengedepankan rasionalitas dalam bekerja sehingga semua masalah bisa di atasi.
Di berbagai negara maju, bekerja keras memang menjadi sebuah kebutuhan mutlak bagi pekerja profesional karena dijadikan sebagai sebuah kebiasaan. Setiap orang memiliki target dan Key Performance Indicator (KPI) yang harus dicapainya dalam setiap pekerjaan. Sehingga tidak menutup kemungkinan target dan KPI ini dibuat semakin tinggi dari hari ke hari.
Apalagi untuk Multi National Coorporation (MNC), target dan KPI eksekutif di Indonesia mengacu pada yang diterapkan di negara maju. Dalam kondisi semacam ini, waktu untuk santai menjadi berkurang drastis dan menimbulkan kadar stres yang meningkat. Sehingga muncul istilah tuntutan pekerjaan saat ini yaitu 24/7 (24 hours by 7 days). Mereka bekerja 24 jam sehari dalam seminggu penuh, hampir tanpa istirahat. Praktis selama bekerja (katakanlah 5 hari dalam seminggu), tidak ada waktu untuk keluarga.
Tekanan pekerjaan dan stres yang meningkat jelas akan membuat keseimbangan hidup menjadi terabaikan. Sehingga mereka tidak bisa melakukan santai bersama keluarga, kehidupan pribadinya saja mereka tidak sempat. Karena mereka selalu berpikir tentang pencapaian target dan KPI akan menentukan seseorang dalam mempertahankan posisinya atau meniti karier yang lebih baik.
Tanpa kemampuan mengatasi beban pekerjaan dan mencarikan solusinya, bisa dipastikan kehidupan akan berantakan. Karier bisa saja sukses tetapi badan tidak sehat, keluarga berantakan, nilai dan gaya hidup berubah dan sebagainya. Bayangkan jika pasangan suami istri bekerja dan selalu sibuk, sedangkan anak-anak mereka masih membutuhkan perhatian khusus. Situasi semacam ini secara otomatis akan mengganggu perkembangan jiwa anak dan akan menimbulkan masalah baru dalam keluarga.
Keluarga merupakan pelabuhan hati karena di dalam keluarga, orang bisa merasakan kesejukan dan ketenangan. Tetapi orang sering melupakan bahwa pekerjaan juga bisa membuat orang bahagia, sama dengan kebahagian bercengkerama dengan keluarga.
Dalam situasi semacam ini,seorang profesional harus pandai-pandai mencarikan jalan keluarnya. Dengan mengubah paradigma pekerjaan dari yang sebelumnya menganggap pekerjaan sebagai beban, lalu mengubahnya sebagai hal yang harus dinikmati. Meski begitu, komunikasi dengan keluarga harus tetap terjaga. Komunikasi tatap muka tidak bisa dilakukan tapi bisa diganti dengan cara berhubungan lewat handphone, telepon atau email. Banyak yang mengatakan bahwa konsep "work hard-play hard" sebagai solusinya. Konsep ini menganjurkan bahwa kerja keras anda harus diimbangi pula dengan maksimalnya kualitas bermain di saat waktu luang.
Selama bermain itu tidak menjurus kepada hal yang negatif, maka tidak akan menjadi masalah. Kalian bisa berolahraga atau menjalankan hobi bersama teman-teman dan keluarga. Cobalah jauhkan pikiran terhadap pekerjaan saat bersantai, termasuk dengan keluarga. Karena jika hal ini tidak dilakukan maka proses recharging pikiran, jiwa dan tubuh tidak akan terjadi. Kuantitas waktu terhadap keluarga menurun tetapi kualitasnya harus meningkat.
Beberapa perusahaan memperhatikan sekali tentang kualitas hidup karyawannya karena mereka sadar bahwa waktu karyawan tidak bisa hanya untuk bekerja terus menerus. Pada akhirnya ketidakseimbangan hidup akan mempengaruhi kinerja mereka di tempat kerja. Work life balance bisa di terapkan dengan menyediakan sarana fitness, penitipan anak dan beraneka program lainnya di kantor-kantor tersebut dan didapat secara gratis.
Mungkin ada beberapa perusahaan yang melakukan survey QWL (Quality Work Life) sebagai upaya mengetahui kepuasan karyawan dalam bekerja dan bagaimana perusahaan bisa berkontribusi meningkatkan kualitas hidup mereka. Jadi, apakah perusahaan KL'ers sudah menyediakan fasilitas tersebut?
Salah satu hal manusiawi yang paling berperan dalam pekerjaan adalah gaji, dimana ini bisa menjadikan indikasi seseorang betah atau tidak menjalani pekerjaan di suatu tempat. Untuk hal lain saya yakin anda lebih paham...jabat erat.
Apalagi untuk Multi National Coorporation (MNC), target dan KPI eksekutif di Indonesia mengacu pada yang diterapkan di negara maju. Dalam kondisi semacam ini, waktu untuk santai menjadi berkurang drastis dan menimbulkan kadar stres yang meningkat. Sehingga muncul istilah tuntutan pekerjaan saat ini yaitu 24/7 (24 hours by 7 days). Mereka bekerja 24 jam sehari dalam seminggu penuh, hampir tanpa istirahat. Praktis selama bekerja (katakanlah 5 hari dalam seminggu), tidak ada waktu untuk keluarga.
Tekanan pekerjaan dan stres yang meningkat jelas akan membuat keseimbangan hidup menjadi terabaikan. Sehingga mereka tidak bisa melakukan santai bersama keluarga, kehidupan pribadinya saja mereka tidak sempat. Karena mereka selalu berpikir tentang pencapaian target dan KPI akan menentukan seseorang dalam mempertahankan posisinya atau meniti karier yang lebih baik.
Tanpa kemampuan mengatasi beban pekerjaan dan mencarikan solusinya, bisa dipastikan kehidupan akan berantakan. Karier bisa saja sukses tetapi badan tidak sehat, keluarga berantakan, nilai dan gaya hidup berubah dan sebagainya. Bayangkan jika pasangan suami istri bekerja dan selalu sibuk, sedangkan anak-anak mereka masih membutuhkan perhatian khusus. Situasi semacam ini secara otomatis akan mengganggu perkembangan jiwa anak dan akan menimbulkan masalah baru dalam keluarga.
Keluarga merupakan pelabuhan hati karena di dalam keluarga, orang bisa merasakan kesejukan dan ketenangan. Tetapi orang sering melupakan bahwa pekerjaan juga bisa membuat orang bahagia, sama dengan kebahagian bercengkerama dengan keluarga.
Dalam situasi semacam ini,seorang profesional harus pandai-pandai mencarikan jalan keluarnya. Dengan mengubah paradigma pekerjaan dari yang sebelumnya menganggap pekerjaan sebagai beban, lalu mengubahnya sebagai hal yang harus dinikmati. Meski begitu, komunikasi dengan keluarga harus tetap terjaga. Komunikasi tatap muka tidak bisa dilakukan tapi bisa diganti dengan cara berhubungan lewat handphone, telepon atau email. Banyak yang mengatakan bahwa konsep "work hard-play hard" sebagai solusinya. Konsep ini menganjurkan bahwa kerja keras anda harus diimbangi pula dengan maksimalnya kualitas bermain di saat waktu luang.
Selama bermain itu tidak menjurus kepada hal yang negatif, maka tidak akan menjadi masalah. Kalian bisa berolahraga atau menjalankan hobi bersama teman-teman dan keluarga. Cobalah jauhkan pikiran terhadap pekerjaan saat bersantai, termasuk dengan keluarga. Karena jika hal ini tidak dilakukan maka proses recharging pikiran, jiwa dan tubuh tidak akan terjadi. Kuantitas waktu terhadap keluarga menurun tetapi kualitasnya harus meningkat.
Beberapa perusahaan memperhatikan sekali tentang kualitas hidup karyawannya karena mereka sadar bahwa waktu karyawan tidak bisa hanya untuk bekerja terus menerus. Pada akhirnya ketidakseimbangan hidup akan mempengaruhi kinerja mereka di tempat kerja. Work life balance bisa di terapkan dengan menyediakan sarana fitness, penitipan anak dan beraneka program lainnya di kantor-kantor tersebut dan didapat secara gratis.
Mungkin ada beberapa perusahaan yang melakukan survey QWL (Quality Work Life) sebagai upaya mengetahui kepuasan karyawan dalam bekerja dan bagaimana perusahaan bisa berkontribusi meningkatkan kualitas hidup mereka. Jadi, apakah perusahaan KL'ers sudah menyediakan fasilitas tersebut?
Salah satu hal manusiawi yang paling berperan dalam pekerjaan adalah gaji, dimana ini bisa menjadikan indikasi seseorang betah atau tidak menjalani pekerjaan di suatu tempat. Untuk hal lain saya yakin anda lebih paham...jabat erat.
Saya pernah mengingat satu kata bijak:
BalasHapusJika anda bekerja, tinggalkan hati anda di rumah..
Sepertinya memang harus begitu. Jika mencampuradukkannya bisa repot. Tentu saja prioritas harus ada, dan keseimbangan mesti diatas segalanya.
Bagaimanapun keduanya amat penting :)
Inilah yang perlu diperhatikan. Akibat dari ketidakseimbangan antara pekerjaan kantor dengan urusan rumah tangga sehingga ketika konflik kerluarga terjadi, dapat memberikan berdampak pada kinerja karyawan di perusahaan. Perlu bagi perusahaan untuk mengontrol kinerja karyawan agar faktor luar tidak berpengaruh pada hasil kerja.
BalasHapus